Selasa, 15 Februari 2011

Outbond Malang Efek domino dari demam demokratisasi dan tekad untuk keluar dari keterpurukan multidimensi baik ekonomi maupun politik tak akan pernah usai. Amerika Serikat (AS)
dan saudara jauhnya, Israel tentu tak akan tinggal diam karena merasa terancam. Kedua negara ini adalah pemangku kepentingan terbesar di kawasan Timur Tengah. Maka tak heran jika Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden AS, Barack Husein Obama terus memantau perkembangan di kawasan.

Khusus untuk Mesir, yang menjadi outbond malang gerbang dan menempati posisi kunci atas pengaruh
AS-Israel, secara intensif dimonitor dari Gedung Putih, bahkan gedung putih mengirim Frank Wisner untuk menemui Mubarak. Ketakutan ini bukan tanpa alasan, bisa jadi Mesir akan berpindah kendali ke kelompok oposisi, kelompok Islam konservatif, Ikhwanul Muslimin, yang merupakan kekuatan terbesar setelah National Democratic Party (NDP), partai pendukung pemerintahan Hosni Mubarak. Dan inilah ketakutan terbesar AS dan Israel.

Kegagalan Nasional Democratik Party (NDP) memenuhi aspirasi rakyat yang tercermin
dari kegagalan pemerintahan Mubarak, menjadi dasar delegitimasi terhadap partai pemenang pemilu dan terbesar tersebut. Kenyataan ini menjadi stimulus bagi meluasnya aseptabiliti masyarakat terhadap kelompok IM. Selain itu, Kesuksesan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di Turki yang berafiliasi pada ideologi politik IM, menjadi bargaining position tentang role model politik Mesir masa depan, karena Turki berhasil menjadi negara modern walaupun di bawah kendali partai Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar